Sabtu, 02 April 2011

neobirokrasi




1.      MODEL NEOBIROKRASI
            Model neobirokrasi merupakan salah satu produk era behavioral dalam ilmu sosial. Nilai-nilai yang hendak dimaksimumkan dalam model ini pada umumnya sama dengan nilai-nilai model birokrasi; karena itu dinamakan “neobirokratis”. Dalam kebanyakan hal yang lain model-model itu berbeda. Model birokrasi menekankan struktur, pengendalian, dan prinsip-prinsip administrasi dengan unit analisa yang biasanya berupa kelompok kerja, instansi, departemen, atau pemerintahan-pemerintahan keseluruhan. Nilai-nilai yang akan dicapai adalah efektivitas, efisiensi, atau ekonomi.
Dalam model neobirokrasi, keputusan merupakan unit analisa yang lebih umum, dengan proses pembuatan keputusan menjadi fokus sentralnya. Pola pemikirannya bersifat “rasional” yakni, keputusan-keputusan dibuat agar sebanyak mungkin mencapai tujuan tertentu. Ilmu manajemen yang modern, analisa sistem, dan penelitian operasi dibangun di atas karya-karya permulaan Herbert Simon, James March, dan Richard Cyert. Para teoritisi ini memperkaya karya mereka dengan suatu pemahaman yang mendalam tentang pola-pola pengendalian organisasi yang formal maupun informal, batas-batas rasionalitas, dan semacamnya, tetapi versi-versi yang mendasar dari aliran neobirokrasi tetap tinggal dengan logika asli cara-tujuan yang berkembang dari positivisme logis. Kesamaan-kesamaan yang dekat antara analisa cara-tujuan dari model  neobirokrasi dan dikotomi kebijakan-administrasi dari model birokrasi adalah jelas. Sasaran-sasaran penelitian operasi, analisa sistem, dan ilmu-ilmu manajemen pada pokoknya sama dengan sasaran-sasaran para teoritisi birokrasi. Akan tetapi karya mereka sangatlah rumit dan betul-betul membantu pencapaian efesiensi, ekonomi dan produktivitas.
Bisa jadi tidak ada indikasi yang lebih baik tentang validitas yang mendalam dari nilai-nilai yang mendorong mereka yang telah merancangkan atau mengikhtisarkan model birokrasi klasik ketimbang yang bisa dilihat dalam administrasi negara moderen dibawah panji-panji dan rubrik-rubrik yang baru. Pada dasarnya inilah nilai-nilai serupa yang dikejar dengan suatu ketelitian angka yang luar biasa dalam pengukuran produktivitas, subjek simposium yang baru dalam Public Administration Review. Bacaan simposium itu jelas menunjukkan bahwa administrasi negara kontemporer sebernarnya sangat tidak berbeda dalam berusaha dalam mencapai produktivitas dengan metode-metode pengukuran dibanding metode-metode struktur dan manajemen. Tentu saja, pendekatan-pendekatan kontemporer jauh lebih ilmiah dan secara analitis lebih rumit, namun mereka masih mengejar nilai-nilai yang mendasari paradigma birokrasi klasik. Pendekatan-pendekatan moderen pada analisa kebijakan sangat memungkinkan administrator atau akademisi untuk menilai akibat atau hasil operasi progam-progam publik dengan lebih efektif daripada di masa lampau. Akan tetapi analis-analis kebijakan yang moderen dan pengukur-pengukur produktivitas bisa mempunyai logika yang sama lemahnya dengan yang terjadi pada paradigma birokrasi klasik. Apabila memang keliru untuk beranggapan bahwa hirarki, sentralisasi, dan perintah manajerial akan mencapai efisiensi, ekonomi, dan produktivitas, barangkali juga keliru untuk beranggapan bahwa analisa kebijakan akan mencapai tujuan-tujuan itu. Lebih dari itu, barangkali keliru untuk beranggapan bahwa pendekatan manapun tentunya merupakan kawan pengendalian pemerintah yang demokratis atau populer. Pada waktu yang sama, juga jelas bahwa nilai-nilai asasi dari keputusan-keputusan rasional rasional untuk mencapai efisiensi, ekonomi, dan efektivitas adalah dan senantiasa akan, sentral dalam setiap dialog normatif dalam bidang administrasi negara, dan tentu saja mereka juga sentral untuk administrasi negara yang baru. Akan tetapi pertanyaan-pertanyaannya ada dua: bagaimana untuk mencapai nilai-nilai ini, dan apakah nilia-nilai ini sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai lain yang akan menjadi sentral bagi administrasi negara?









SIMPULAN
1.      Dalam model neoirokrasi, keputusan merupakan unit analisa yang lebih umum, dengan proses pembuatan keputusan sebagai fokus sentralnya.
2.      Pola pemikiran dalam neobirokrasi bersifat rasional yakni, keputusan dibuat agar sebanyak mungkin mencapai tujuan tertentu. Logika yang mendasar dari aliran neobirokrasi adalah perkembangan dari positivisme logis.
3.      Pendekatan-pendekatan moderen pada analisa kebijakan sangat memungkinkan administrator atau akademisi untuk menilai akibat atau hasil operasi progam-progam publik dengan lebih efektif daripada masa lampau. Akan tetapi analisis kebijakan moderen juga bisa mempunyai logika yang sama lemahnya dengan birokrasi klasik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar